Jumat, 31 Oktober 2008

Rekayasa Informasi VS Rekayasa Sistem Informasi

Bissmillah…

Aspek peruntukkan dan kebutuhan dari peran ilmu sistem informasi, bukan semata pada level rekayasa sistem informasi itu saja, namun sudah masuk ke dalam sukma yang lebih dalam, yaitu rekayasa informasi. Jadi, sekarang ini, level kebutuhan teknologi, perangkat keras dan lunak, prosedur dan tata laksana, untuk menghasilkan informasi yang terbaik, bukan menjadi isu utama lagi, tetapi sudah mulai bergeser kepada kebutuhan jenis informasi yang seperti apa, informasi dalam bentuk apa dan bagian-bagian mana saja yang dapat mengakses informasi tersebut, tentunya dengan level akses tertentu.

Misalnya saja, kebutuhan, jenis dan bentuk informasi yang diperlukan oleh staf keuangan, harus dapat diketahui oleh manajer bagian keuangan itu sendiri. Kebutuhan informasi di bagian / departemen HRD, pastinya direktur harus tahu, atau minimal dia berwenang untuk menglegalkannya. Akses read, update, delete dan create menjadi permasalahan yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Begitu juga dengan penurunan jenis data dan informasi yang harus ada di dalam sebuah perusahaan dengan spesifikasi tertentu, berdasarkan entity dan proses bisnisnya, merupakan sebuah tahapan yang penting dan juga memakan waktu yang tidak sedikit. Sehingga, kualitas informasi yang benar, akurat, on time, factual, traceable dan bisa dipertanggungjawabkan, merupakan ciri khas informasi yang dihasilkan.

Oleh sebab itu, ilmu pengetahuan atau kepakaran di bidang Information engineering adalah sangat penting untuk dikuasai. Karena, permasalahan di dalam sebuah perusahaan bukan melulu mengenai rekaya sistem informasi, yang hanya berbicara masalah teknis programming dan teknis penerapan teknologi saja, namun juga permasalahan yang bersifat soft, yang terjadi di atas rel bisnis perusahaan, pun layak untuk dikemukakan dan direkayasa,

Sehingga, kesepakatan atas pemahaman dan persamaan persepsi mengenai bidang bisnis dan teknologi, khususnya teknologi informasi, di dalam sebuah perusahaan sangatlah penting menjadi sebuah ide pembicaraan. Deklarasi visi, penentuan misi dan statemen tujuan perusahaan, termasuk pencanangan critical success factor dan tugas wewenang perusahaan, bahkan analisis dampak teknologi dan bisnis, baik di level divisi maupun global perusahaan, menjadi item-item yang penting untuk menggabungkan kedua rel yang selama ini bersebrangan jalan tersebut, yaitu rel bisnis dan rel teknologi.

Bahkan jika di pandang dari pemahaman Islam, basis visi, misi dan tujuan, adalah merupakan sarat mutlak keberhasilan, bukan hanya di dunia bahkan di akhirat, bukan saja personal namun seharusnya menjadi cerminan yang sistemik. Di dalam Islam, basis visi, misi dan tujuan, memiliki konsep jelas yang berpanutan pada konsep keunggulan (hasanatain), yaitu “akhirat itu lebih baik (walal akhirotu khoirul laka minal ula), akhirat itu lebih kekal (wal akhirotu khoiruw wa abqo), namun kita tidak boleh melupakan dunia (wa laa tansa nashibaka minaddun-ya)”. Sebuah konsep Agung yang bisa diterapkan di dalam sebuah organisasi dan perusahaan. Agar kebocoran, manipulasi, penyempitan makna dan penghilangan akan informasi yang berkualitas tadi, akan terjaga berdasarkan moralitas yang tinggi.

Akhirnya, sebuah pembicaraan yang satu dan terintegrasi serta tidak mengkotak-kotakan antara permasalahan bisnis dan teknologi di sebuah perusahaan akan terjadi. Bahkan, aktivitas rekayasa informasi di sebuah perusahaan bukan hanya menciptakan sebuah perencanaan di bidang sistem dan teknologi informasi semata, melainkan sebuah blue print perusahaan yang sudah satu roh, dengan warna darah yang sama yaitu Perencanaan Informasi Strategis Perusahaan berdasarkan moralitas yang tinggi.

Alhamdulillah…

Referensi:
[1] Al-Qur’an
[2] Al-Hadis
[3] Martin, James, Information Engineering, 1990, McGraw-Hill

Tidak ada komentar: